PAK dan Iman orang Dewasa
I.
Pendahuluan
Iman adalah sebuah wadah bagi setiap orang untuk memperlihatkan iman kepercayaannya. Artinya, kepercayaan seseorang terhadap imannya diukur dari iman yang dimilikinya. Dan pada pembahasan ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai iman orang dewasa.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Iman
Dalam kamus Alkitab, Iman adalah kepercayaan, terutama kepada reliabilitas Allah. Pengertian modern mengenai iman adalah semacam pengetahuan yang lebih rendah atau penerimaan pendapat atau cerita, yang tidak sepenuhnya dapat dibuktikan. Maka Alkitabiah Iman lebih terletak pada hakekat komitmen, meskipun dalam kenyataan tersirat juga adanya dasar yang membuat iman tak dapat didukung dengan bukti historis yang secara meyakinkan.[1]
2.2.Pengertian
Iman Menurut Para Ahli
A.
Menurut
Arthurpink
Menurut Arthurpink Iman ialah dimana ketaatan adalah bunga dan buah yang indah yang terjadi, jika iman itu telah dinyatakan dalam kenyataan.[2]
B.
Menurut
Andrew
Menurut
Andrew iman adalah “ kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar.
Apabila Allah menyatakan bahwa sesuatu akan terjadi, iman itu bersukacita
walaupun tidak melihat tanda- tanda ataupun mengenai hal itu. Bagi iman
semuanya sama- sama pasti. Iman selalu hanya menurut pada apa yang telah
dikatakan Allah serta bersandar pada kuasa dan kesetianNya untuk menggenapi
FirmanNya.[3]
C.
Menurut
Thomas H. Groome
Menurut Thomas Iman sebagai yang utama, maksudnya disini adalah iman merupakan inti manusia yang mendasar, diposisi fundamental dan membentuk segala sesuatu yang datang setelah iman.[4]
2.3.
Pengertian Dewasa
Menurut KBBI,
dewasa adalah tidak kanak-kanak lagi, telah mencapai kematangan kelamin dan
juga pikiran.[5]
Kedewasaan disebut proses kehidupan yang panjang dan tingkata kehidupan yang
khas yang didalamnya terdapat cerita masa lalu dan segala akibatnya. Orang
dewasa juga sudah serius akan sesuatu pekerjaan yang ia kerjakan, pribadinya
juga sudah semakin matang.[6]
Dalam bidang Ilmu Psikologi, dewasa adalah periode perkembangan yang bermula
pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluh tahun yang berkahir dan
yang berakhir pada usia tiga puluh tahun. Ini adalah masa pembentukan
kemandirian pribadi dan ekonomi, perkembangan karier, dan bagi banyak orang,
masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh
anak-anak.[7]
Dan seseorang dikatakan dewasa yaitu orang yang mampu mengarahkan diri sendiri,
tidak tergantung pada diri orang lain,
mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko dan mampu mengambil
keputusan.[8] Menurut Elisabeth B. Hurlock menyatakan
orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan permasalahannya dan siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan dewasa lainnya.[9]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang dewasa adalah orang yang telah mencapai kematangan kelamin dan juga pikiran yang mampu mengarahkan diri sendiri, tidak tergantung pada diri orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko dan mampu mengambil keputusan.
2.4.Penggolongan
Dewasa Menurut Usia
Setiap
kebudayaan memuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara
resmi. Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang paling lama dalam rentang
hidup. Selama masa yang panjang ini, perubahan fisik dan psikologis terjadi
pada waktu-waktu yang dapat diramalkan yang menimbulkan masalah-masalah
penyesuaian diri, tekanan-tekanan, serta harapan-harapan. Saat terjadinya
peubahan-perubahan fisik dan psikis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi
menjadi tiga periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan[10]
yaitu:
1.
Masa dewasa dini (dewasa awal)
Masa dewasa
dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan
berakhir sekitar 35-40 thn.[11]
2.
dewasa madya (dewasa tengah)
Usia madya
berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa tersebut pada
akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada
usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi
oleh penurunan daya ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam
rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua sub bagian,
yaitu: (1) Usia madya dini dari usia sekitar 35-50 tahun, dan (2) Usia madya
lanjut dari 50-60 tahun. Pada periode usia madya lanjut, perubahan fisik dan
psikologis menjadi lebih kelihatan.[12]
3. Masa
usia lanjut (masa tua/ older adult)
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut cendrung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan. menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.[13]
2.5.Ciri-Ciri
Orang Yang Telah Dewasa
Adapun ciri-ciri
kedewasaan adalah sebagai berikut:[14]
a.
Menghargai
orang lain
b.
Sabar
c.
Penuh
daya tahan
d.
Sanggup
mengambil keputusan
e.
Menyenangi
pekerjaan
f.
Menerima
tanggung jawab
g.
Percaya
pada diri sendiri
h.
Memiliki
rasa humor
i.
Memiliki
kepribadian yang utuh
j.
Seimbang
2.6.
Pengertian perkembangan
Perkembangan dapat
diartikan sebagai suatu perubahan dan perubahan itu bersifat kualitatif bukan
kuantitatif.[15]
Perkembangan adalah perubahan individu kearah yang lebih sempurna yang terjadi
pada proses terbentuknya individu sampai akhir hayat dan berlangsung secara terus
menerus. Perkembangan juga dapat diartikan perubahan yang terjadi dalam medium.
Menurut seorang tokoh Elisabeth B. Hurlock mengartikan perkembangan sebagai
serangkaian perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman.[16] perkembangan adalah menunjukkan suatu
proses tertentu, yaitu bsuatu proses yang menuuju kedepan dan tidak dapat
diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang
sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan
kepada perubahan-perubahan dalam satu
arah yang bersifat tetap dan maju.[17]
2.7. Teori
Perkembangan Iman[18]
Pazmino mengemukakan bahwa Fowler
memberikan tujuh kategori yang membedahkan tahap yang berbeda dari manusia:
bentuk logika, mengambil peran, bentuk penilaian moral, batasan-batasan dari
kesadaran sosial, fokus otoritas, bentuk dari koherensi dunia, dan peran
simbol. Fowler sangat memperhatikan perbedaan antara bentuk atau struktur iman,
dan berusaha untuk membahas dimensi-dimensi kognitif dan afektif dari iman
seseorang , atau dimensi rasional dan perasaannya.[19] 7 aspek
tersebut untuk pemahaman tahap perkembangan kepercayaan anak-anak, remaja
sampai orang dewasa. Berikut ini kita akan meninjau tujuh
aspek atau kategori itu:
1. Bentuk logika
Artinya pola khas dari gaya penalaran yang dimiliki
pribadi pada setiap tahap kognitifnya. Artinya bagi Fowler, setiap individu
memiliki ciri atau keunikan tersendiri dalam cara berpikirnya.
2. Pengambilan peran
Kemampuan
seorang pribadi untuk mengambil perspektif sosial dimana ia menyusun seluruh
perspektif kelompok sosial pilihannya dan segala sistem ideologis serta tradisi
keyakinan yang berbeda dengan perspektif pribadinya.
3. Bentuk pertimbangan moral
Fowler menerapkan
pandangan Kohlberg mengenai tahap-tahap pertimbangan moral untuk
menjelaskan tahap-tahap kepercayaan dalam sebuah bentuk yang dimodifikasi.
Fowler melihat pararel penting antara tahap-tahap pertimbangan moral dan
tahap-tahap kepercayaan. Modifikasi terhadap Kohlberg dilakukan berdasarkan
penelitian empiris dan refleksi teoritis. Fowler mengembangkan suatu teori
mengenai diri dan pribadi yang belum dipikirkan oleh Kohlberg.
4. Batasan-batasan dari kesadaran sosial
Yang menunjuk pada seluruh cara operatif dengan mana
pribadi membatasi kelompok-kelompok acuannya yang menyokong rasa identitas diri
dan tanggung jawab sosialnya.
5. Fokus otoritas
Hal ini menjelaskan oknum, gagasan, dan
lembaga-lembaga mana yang dipakai oleh pribadi sebagai sumber otoritas sah dan
yang diakuinya dalam mempertimbangkan arti dan nilai.
6. Bentuk dari koherensi dunia
Yang merujuk pada cara-cara khas dengan mana pribadi
memandang dan mengerti dunia, hidup dan lingkungannya yang ultim lewat gambaran
komprehensif yang menciptakan pola koherensi dan yang menimbulkan rasa berarti
yang menyeluruh.
7. Peran simbol
Imajinasi diakui sebagai daya
afektif-kognitif sentral yang mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh aspek
pengenalan kepercayaan. Imajinasi merupakan daya sentral yang menggerakan
seluruh gambaran, simbol, metafor, cerita, mitos, dan ritus yang menjadi sarana
utama bagi seorang beriman dalam proses menjadi dirinya sendiri.[20]
Dalam
perkembangan iman, agama juga mengatur tingkah laku baik buruk, secara psikologis.
Agama bisa merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah laku
seseorang. Hal ini dapat dimengerti karena agama memang dapat mewarnai kehidupa
masyarakat setiap hari. Agama juga menyajikan kerangka moral sehingga seseorang
dapat membandingkan tinkahlakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan
bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di duni.[21]
2.8.Dasar-dasar
pertumbuhan Iman
Yang
dimaksud dengan dasar-dasar iman disini adalah cara-cara yang dapat menumbuhkan/menguatkan iman. Menurut Ichwei
G. Indra, dalam Alkitab sedikitnya terdapat 7 cara yang dapat menguatkan iman,
yaitu:
-
Ucapan syukur kepada Allah (Mzm 50:23)
Salah satu cara untuk
dapat menguatkan iman adalah dengan menaikkan pujian dan menyampaikan ucapan
syukur kepada Allah
-
Mengakui dosa kepada Allah (Mzm 32:3,5)
Ketika Daud
memberitahukan dosa dan salahnya kepada Allah, ia bukan hanya memperoleh
pengampunan dosa, tetapi juga imannya dikuatkan.
-
Berdoa kepada Allah (Yes 40:31)
Berdoa adalah hal yang
paling penting, apalagi saat menantikan Tuhan dengan tenang dan teratur didalam
doa. Tanpa berdoa, iman tidak akan ada.
-
Berpegang pada firman Tuhan Allah (Roma
10:17)
Iman timbul dari
pendengaran, jika menginginkan iman tumbuh dan dikuatkan, renungkanlah dan
berpeganglah selalu pada Firman Allah.
-
Gunakanlah Iman (Mat 25:29)
Iman harus digunakan,
maka kehidupan akan berkemenangan setiap hari.
-
Saksikanlah Iman (Roma 10:10)
Maksudnya adalah
kesaksian tentang apa yang telah dilakukan Allah.
-
Layanilah dengan Iman (Yak 2:17)
Bekerja terus dan melayani Tuhan dan sesama dengan bersandar kepada pimpinan Roh kudus yang senantiasa memberikan kekuatan iman.[22]
2.9.Perkembangan/Pertumbuhan
Iman
Kata pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang
artinya “hidup” dan “bertumbuh sempurna”. Pertumbuhan juga diartikan untuk
menyatakan sesuatu keadaan kemajuan. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pertumbuhan berasal dari kata “tumbuh” yang
artinya “bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak dewasa, menjadi tumbuh
besar”.[23]
Secara
etimologi Iman (bahasa Yunani: πίστιν = pistin) adalah rasa percaya kepada Tuhan. Iman
sering dimaknai “percaya” (kata sifat) dan tidak jarang juga diartikan sebagai
kepercayaan (kata benda). Arti kata “Iman”
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan. Seseorang yang memiliki ketetapan hati dalam kepercayaan kepada
Allah. Iman kepada Allah berarti iman kepada FirmanNya.[24] Kata Iman (Faith) memiliki arti sebagai suatu
kebenaran yang objektif, yang diwahyukan yang dipercaya (Fides qual) atau penyerahan diri
secara pribadi kepada Allah (Fidesque).[25] Pertumbuhan iman
adalah suatu proses dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juru S’lamatnya
(Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu mendengar, menerima
dan memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus
10:17), selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran Firman Tuhan
mengakar dan bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan
kehendak Allah (Matius 3:8). Nacy Poyah mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup
di dalam iman kepada Kristus bagaikan tunas yang baru, terus bertumbuh dan
berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Allah, sehingga hidup umat
berkenan kepada Allah dalam segala hal dan terus mengarah kepada Kristus
(Efesus 4:13-16). Berbuah dalam kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan
namaNya (Yohanes 15:7; Efesus 2:10)”.[26]
1.
Iman timbul karena seseorang mendengar
Firman Kristus (Rom. 10:17)
2.
Iman timbul dari Berita Injil
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil
Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang
aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa
berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (Filp 1:27). Bagaimana iman dapat tumbuh, sebagai
contohnya dapat dilihat pada kisah seorang wanita yang sakit pendarahan selama
12 tahun (Mark. 5:25-29) adalah
di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita
pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah
dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya
malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia
sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka
di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah
jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal ku jamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah
sembuh dari penyakitnya. Kalimat
“Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,” menjelaskan darimana iman
perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari banyak orang bahwa
Yesus menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat perempuan malang itu
memiliki harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat sembuh
asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati “Asal ku jamah
saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (ayat 28).[27]
Kepercayaan eksitensial merupakan suatu kegiatan universal manusia. Kepercayaan
eksitensial/iman mengandaikan suatu sikap suatu pilihan hati. Pilihan tersebut
diambil sesuai dengan suatu pengertian tentang nilai dan kekuasaan yaitu
tentang hal paling penting dalam hidup manusia.[28]
Dalam perkembangan iman, agama juga mengatur tingkah laku buruk, secara
psikologis. Agama bisa merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah
laku. Hal itu dapat dimengerti karena agama memang mewarnai kehidupan
masyarakat setiap hari. agama juga menyajikan kerangka moral sehingga seseorang
seseorang membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku
dan bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia, serta
menawaran rasa aman khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksitensi
dirinya.[29]
2.10.
Tahap
Pertumbuhan Iman berdasarkan Usia
Tahapan
pertama: Individual / Reflektif usia
18-35
Pada usia ini atau biasanya umur18-35 mengalami
suatu perubahan yang mendalam dan menyeluruh dalam hidupnya. Orang dewasa muda
tidak lagi berhasil mengatasi semua masalah dengan pola pikir
konvensional.Perubahan akibat struktur
berfikir itu yang pertama pada tahap ini muncul suatu kesadaran jelas tentang
identitas diri yang khas dan otonomi tersendiri diperjuangkan jenis kemandirian
baru. perubahan penting yang kedua ialah orang dewasa muda mulai mengajukan
pertanyaan kritis mengenai keseluruhan nilai, pandangan hidup.[30] Bagi kaum dewasa muda ini, bimbingan rohani
merupakan dialog yangt mengandung kaum muda untuk menyadari, mengeerti dan
menjawab panggilan Yesus dalam konteks pengalaman pribadi dan perkembangan
dirinya. Pengalaman pribadi orang muda sangat dipengaruhi oleh
masalah-masalah perkembangan dan
pertumbuhan-pertumbuhan pribadi. Bimbingan rohani bagi kaum muda bertujuan mengembangkan
adanya kesadaran akan kehadiran Tuhanm dalam aktivitas hidup sehari-hari.[31]
Tahapan
kedua: konjungtif setengah baya
umur 35-40
Tahapan ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40
tahun, dan banyak orang dewasa tidak pernah mencapai tahap ini. Tahapan ini
adalah kemampuan baru untuk berdiri sendiri, dan kelompok miliknya dipilih
berdasarkan refleksi dan bukan hanya diterima. Kegiatan iman pada tahap ini
jarang muncul sebelum setengah baya. Iman pada tahap kelima melibatkan
pemakaian kembali pola-pola komitmen dan cara-cara membuat masa lampau, hal
tersebut adalah untuk memperoleh kembali kebenaran-kebenaran lama dengan cara
yang baru.[32]
Tahap
ketiga: Kepercayaan Iman yang Mengacu Pada Universalitas 40-an
Tahap kepercayaan yang dapat berkembang pada umur
45-an. Pribadi untuk melepaskan diri dari egonya dari pandangan bawa ego adalah
pusat titik acuan dan kehidupan mutlak. Pemikiran dan pandangan religius biasa
yang semuanya itu hendak diubah dan dipengaruhi karena seluruh gaya hidup
diliputi dan diresapi oleh semangat cinta inklusif dan universal terhadap
seluruh gejala hidup dan segala makhluk.[33] Orang
yang berada pada tahapan ketiga ini tinggal di dunia sebagai orang yang hadir
untuk mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri “Menggunakan
dan digunakan untuk mengubah realitas masa kini ke arah keadaan yang sebenarnya
yang transenden. Dalam
istilah spiritual, tahap keenam adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna
dengan Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan.[34]
Tahap
keempat:
Kepercayaan Iman yang Mengacu pada Lansia (universalizing faith)
pada tahap kepercayaan ini yang jarang dapat dicapai
ini terdapat para pemimpin moral dan spritual, mereka digerakkan oleh keinginan
untuk berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia
namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Lansia adalah teladan bagi
generasi dibwahnya. Ia adalah panutan dan tempat orang meminta nasehat, untuk
memelihara peertumbuhan iman bagi orang yang lanjut usia dapat diadakan pembelajaran PAK melalui gereja.[35]
III.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan iman adalah
suatu proses dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya (Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu
mendengar, menerima dan memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap
hari (1 Korintus 10:17), selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran
Firman Tuhan mengakar dan bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai
dengan kehendak Allah (Matius 3:8). Perkembangan iman orang dewasa itu
mengalami suatu perubahan yang mendalam dan menyeluruh dalam hidupnya. Orang
dewasa muda tidak lagi berhasil mengatasi semua masalah dengan pola pikir
konvensional. Perubahan akibat struktur
berfikir itu muncul suatu kesadaran jelas
tentang identitas diri yang khas dan otonomi tersendiri diperjuangkan jenis
kemandirian baru.
IV.
Daftar
Pustaka
....KBBI
Ahmadi,
H. Abu & Soleh, Munawar, Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Browning, W.R.F., Kamus Alkitab,
Jakarta: BPK-GM, 2014
Daugherty,
Billy Joe, Kuasa Iman, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004
Fowler,
James W., Tahap-tahap Perkembangan
Kepercayaan, Yogyakarta: Kanasius, 2008
Hurlock,
Elisabet B., Psikologi Perkembngan, Jakarta:
ERLANGGA, 2002
Indra,
Ichwei G., Dinamika Iman, Bandung:
Yayasan Kalam Kudus, 1993
Ismail, Andar, Ajarlah mereka melakukan, Jakarta: BPK–GM, 2003
Keeley,
Robert J., Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, Yogyakarta: Andi,
2009
Kelompok
Kerja PAK-PGI, Pendidikan
Agama Kristen untuk Kelas 8 SMP, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006
Kristianto,
Paulus Lilik, Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta:
ANDI, 2008
Licollins, Gerald & Farrugia, Edward G., Kamus
Teologia, Yogyakarta: Kanasius,
1996
Pazmino, Robert W., Pondasi Pendidikan Kristen, Bandung: BPK Gunung Mulia, 2012
Pazmino, Robert W., Pondasi
pendidikan Kristen, Jakarta:
Yogyakarta: ANDI, 2008
Poyah, Nacy & Simanjuntak, Bentty, Bahan PA Mengenai Allah,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Sarwono, Sarlito W., Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Shelton, SJ. & M. Charles, Menuju
Kedewasaan Kristen,
Yogyakarta: KANSIUS, 1998
Soemanto,
Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006
Supratiknya,
A., Teori Perkembangan Kepercayaan, Yogyakarta: Kanisius, 1995
Suprijanto,
H., Pendidikan orang Dewasa dari Teori
hingga Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:
TERAS, 2008
Wofford,
Kepemimpinan Yang Mengubah,
Yogyakarta: Andi, 1990
[1] W.R.F.
Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta:
BPK-GM, 2014),150)
[2] Wofford, Kepemimpinan Yang Mengubah, (Yogyakarta:
Andi, 1990), 133
[3] Wofford, Kepemimpinan Yang Mengubah, 134
[4] Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, (Bandung: Yayasan Kalam
Kudus, 1993), 10
[5]....KBBI
[6] Paulus Lilik Kristianto,
Prinsip dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta:
ANDI, 2008), 103
[7] Elisabet B. Hurlock, Psikologi Perkembngan,( Jakarta:
ERLANGGA, 2002), 245
[8] H. Suprijanto, Pendidikan orang Dewasa dari Teori hingga
Aplikasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2009),11
[9] Elisabet B. Hurlock, Psikologi Perkembngan, 246
[10] Wiji Hidayati, Psikologi
Perkembangan,
(Yogyakarta: TERAS, 2008), 152-159
[11] Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan, 154
[12] Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan, 152
[13] Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan , 155
[14]http://aboutscienceworld.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-dewasa.html diakses pada tgl 22
Maret 2020, pukul 11.41 WIB
[15] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 57
[16] Elisabet B. Hurlock, Psikologi Perkembngan, ( Jakarta:
ERLANGGA, 1980), 2
[17] H. Abu Ahmadi &
Munawar Soleh,Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), 1
[18] Robert W. Pazmino, Pondasi pendidikan Kristen, (Jakarta: Yogyakarta: ANDI, 2008), 103
[19] Robert W. Pazmino, Pondasi Pendidikan Kristen, (Bandung: BPK Gunung Mulia, 2012), 297
[20] A. Supratiknya, Teori Perkembangan Kepercayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 39
[21] Sarlito
W. Sarwono, Psikologi ,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
111
[22]Ichwei G. Indra, Dinamika Iman, 15
[23] Badudu-zain, 989
[24] Gerald Licollins & Edward G. Farrugia, Kamus
Teologia, (Yogyakarta: Kanasius,
1996), 113
[25] Billy Joe
Daugherty, Kuasa Iman, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 4
[26]
Nacy Poyah &
Bentty Simanjuntak, Bahan PA
Mengenai Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 30
[27] Kelompok Kerja PAK-PGI, Pendidikan Agama Kristen untuk
Kelas 8 SMP,(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006), 41
[28] James W. Fowler, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan,
(Yogyakarta: Kanasius, 2008), 70
[29] Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali,
2010), 111-113
[30] James W. Fowler, Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan,
96-100
[31] Charles
M. Shelton SJ., Menuju Kedewasaan Kristen,
(Yogyakarta: KANSIUS, 1998), 42-43
[32] Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, (Yogyakarta:
Andi, 2009), 13
[33] Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman, (Yogyakarta:
Andi, 2009), 9
[34]
Robert J. Keeley, Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman,
9
[35] Andar
Ismail, Ajarlah mereka melakukan,
(Jakarta: BPK–GM, 2003), 217
Mantap
BalasHapusSangat Kren, menarik dan membuka wawasan, terimakasih atas penjelasannya saudara 😊
BalasHapusTerimakasih
BalasHapus